Selasa, 26 Juni 2012

Blok Aljabar


Peningkatan Hasil Belajar Faktorisasi Suku Aljabar
Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Blok Aljabar 
Siswa Kelas VIII C Semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo
Tahun Pelajaran 2010/2011
Oleh  Teguh Widodo
(SMP Negeri 3 Purworejo Jl. Mardihusodo 3 Kutoarjo, Purworejo)

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah  untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dapat meningkatkan hasil  belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2010 di SMP Negeri 3 Purworejo Jalan Mardihusodo Nomor 3 Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Subyek penelitian adalah hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 24 anak.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu menentukan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan hasil tindakan dan melakukan refleksi dari hasil pengamatan. Setiap siklus menggunakan pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar.
Hasil penelitian menunjukkan ada kenaikan rata-rata baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan rata-rata dari 81 menjadi 88, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan rata-rata dari 88 menjadi 89, sehingga kenaikan rata-rata dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 81 menjadi 89. Pada prosentase tuntas belajar juga terdapat kenaikan baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 70,83% menjadi 87,50%, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 87,50% menjadi 91,67%, sehingga kenaikan prosentase tuntas belajar dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 70,83% menjadi 91,67%.

Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, Blok Aljabar, Hasil Belajar Faktorisasi Suku Aljabar.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang membantu siswa mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada kenyataannya, matematika merupakan ilmu yang sulit dipahami karena banyak rumus-rumus atau simbol-simbol yang abstrak. Salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari matematika adalah aljabar. Sesuatu yang sangat indah dan mendasar dalam aljabar adalah struktur dan simbolnya. Tetapi banyak murid tidak sepenuhnya memahami konsep abstrak dalam aljabar karena mereka tidak bisa melihatnya secara real dan secara fisik.
Materi aljabar di SMP meliputi bentuk aljabar, operasi pada bentuk aljabar, pecahan aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, SPLDV serta persamaan kuadrat. Hasil belajar siswa pada bentuk aljabar ini umumnya kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa hasil belajar siswa belum memuaskan. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor guru, faktor siswa, faktor materi pelajaran, faktor pembelajaran, faktor sarana, faktor lingkungan dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi.
Nilai hasil ulangan harian standar kompentesi  Aljabar pada kompetensi dasar ke-2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu varabel dan kompetensi dasar ke-3. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah, belum memuaskan.  Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan harian siswa sebesar 78 dan 76, banyaknya siswa yang masih memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 8 anak atau sebesar 33,33 % dengan KKM 75.
Melihat hasil nilai ulangan pada kelas VII yang kurang memuaskan, dimungkinkan nilai ulangan harian pada materi yang relevan di kelas VIII juga kurang memuaskan. Materi yang relevan di kelas VIII adalah faktorisasi suku aljabar, sehingga hasil ulangan pada materi faktorisasi suku aljabar ini dimungkinkan juga kurang memuaskan.
Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa belum memuaskan adalah faktor pembelajaran. Apabila pembelajaran menarik dan kontekstual diharapkan siswa akan termotivasi dan tertarik dengan materi pelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Sebaliknya apabila pembelajaran kurang menarik maka siswa tidak akan tertarik dengan materi pelajaran.
Banyak cara yang dilakukan guru agar pembelajaran yang berlangsung sangat menarik bagi siswa. Menurut Bruner ( dalam Lambas dkk, 2004: 8), jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif (menggunakan benda-benda kongkret), dan kemudian, jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap dua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik (dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram), dan selanjutnya,  kegiatan belajar diteruskan dengan tahap belajar dengan menggunakan simbolik (simbol-simbol abstrak).
Pembelajaran yang sesuai dengan toari Bruner diatas adalah pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan dan mengembangkan kreatifitas anak sehingga menarik dan kontekstual yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang kontektual dalam Faktorisasi Suku Aljabar adalah melalui pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Faktorisasi Suku Aljabar Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Blok Aljabar  Siswa Kelas VIII-C Semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut di atas dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar. Masalah-masalah tersebut bisa berasal dari guru, siswa, materi pelajaran, pembelajaran, sarana, lingkungan dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut antara lain: hasil belajar siswa yang belum memuaskan; rendahnya motivasi belajar siswa; materi pembelajaran yang rumit; pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat; cara menyampaikan materi yang kurang menarik, serta kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep abstrak dalam aljabar karena mereka tidak bisa melihatnya secara real dan secara fisik. Masalah-masalah tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Hasil belajar siswa kurang memuaskan disebabkan oleh pembelajaran yang kurang menarik. Untuk itu harus dicari upaya agar pembelajaran menarik bagi siswa karena pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Prestasi hasil belajar siswa kurang memuaskan disebabkan oleh pembelajaran yang kurang menarik. Untuk itu harus dicari upaya agar pembelajaran menarik bagi siswa karena pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan prastasi hasil belajar siswa. Dalam penelitian variabel yang dibahas hanya 2 (dua) yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas yaitu pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar. Sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar Faktorisasi Suku Aljabar. Terdapat tiga materi dalam Faktorisasi Suku Aljabar, yaitu Menyelesaikan Operasi Bentuk Aljabar, Menentukan Faktor-faktor Suku Aljabar, dan Pecahan dalam Bentuk Aljabar, dalam penelitian ini hanya membahas dua materi saja yaitu  Menyelesaikan Operasi Bentuk Aljabar, dan Menentukan Faktor-faktor Suku Aljabar. Sedangkan Pecahan dalam Bentuk Aljabar tidak dibahas dalam penelitian ini.
Cara Pemecahan Masalah
Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam operasi bentuk aljabar. Diantaranya adalah:
1.   penggunaan alat peraga pembelajaran,
2.   penggunaan pendekatan kooperatif dalam proses pembelajaran,
3.   pengunaan teknik pembelajaran tutor sebaya,
4.   penggunaan media komputer,
5.   penggunaan pembelajaran pemecahan masalah
6.   penggunaan blok aljabar
 Dari beberapa alternatif tersebut di atas peneliti cenderung memilih penggunaan pendekatan kooperatif dan penggunaan blok aljabar dalam pembelajaran. Dengan pendekatan kooperatif siswa dapat belajar dengan berkelompok sehingga dapat menumbuhkan rasa sosial yang tinggi serta saling membantu dalam pemecahan masalah, sedangkan penggunaan blok aljabar sangat membantu siswa dalam menkonkritkan bilangan-bilangan matematika yang abstrak, siswa dapat siswa berhubungan langsung dengan obyek-obyek yang dipelajarinya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
Seberapa besarkah pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dapat meningkatkan hasil  belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dapat meningkatkan hasil belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011.
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1.   Pembelajaran Kooperatif.
Istilah model pengajaran menurut Lambas (2004: Modul 26: 04) mempunyai empat cirri khusus yaitu: rasionel teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; tujuan pembelajaran yang akan dicapai; tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting, yaitu: hasil belajar akademik; penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masih menurut Lambas, pendekatan-pendekatan pada model kooperatif terdiri dari: tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions); tipe Jigsaw; tipe inventigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural.
Dalam model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa bekerjasama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap teman-teman satu timnya. Metode ini menekankan pada tujuan dan kesuksesan tim, yang hanya bisa dicapai jika seluruh anggota tim mempelajari apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Siswa bekerja dikelompok untuk belajar dari temannya serta “mengajar” temannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Pembelajaran kooperatif  adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelaseaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan efektif dalam masing-masing kelompok, selain itu,, siswa juga saling mengajar sesama siswa lainnya.  Pada pembelajaran kooperatif akan terlaksana pengajaran oleh rekan sebaya (peer teching) sehingga lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru.
2.   Blok Aljabar
Blok Aljabar merupakan suatu alat peraga. Alat peraga ini merupakan model geometri yang digunakan untuk mengkonkritkan pengertian variabel dan konstanta dalam aljabar yang merupakan konsep abstrak. Merupakan model geometri karena alat ini berupa blok yang berbentuk bangun geometri, yaitu: persegi dan persegipanjang, dan penggunaan alat ini juga mengacu pada prinsip-prinsip yang ada dalam geometri, yaitu konsep panjang, lebar dan luas.
Alat peraga blok aljabar terdiri dari 3 jenis blok, yaitu:
1.   blok satuan, berupa persegi dengan panjan sisinya satu satuan panjang atau dengan  1 cm x 1 cm. Pada blok satuan ini ada dua jenis warna, yaitu warna merah menunjukkan positif satu (1) dan warna biru menunjukkan negative satu (-1).
2.   blok x, berupa persegi panjang dengan ukuran 2 cm x 1 cm. Pada blok ini juga menggunakan dua jenis warna, yaitu warna merah menunjukkan positif x (x) dan warna biru menunjukkan negative x (-x).
3.   blok x2, berupa persegi dengan panjang sisi 2 cm. Pada blok ini juga menggunakan dua jenis warna, yaitu warna merah menunjukkan positif x2 (x2) dan warna biru menunjukkan negative x2 (-x2).
Untuk keperluan penggunaan oleh siswa agar mudah dipegang, disusun dan diamati, blok-blok dalam alat ini akan dibuat dengan menggunakan kertas manila berwarna atau kertas asturo. Alat peraga ini digunakan dengan cara menyusunnya sesuai dengan simbol pada aljabar, kemudian diotak-atik dan dipindah-pindah untuk memahami simbol-simbol dan mencari penyelesaian pada pelajaran persamaan kuadrat. Sesuatu yang dapat diotak-atik, dipindahkan dan disusun untuk mendapatkan sesuatu yang baru, merupakan sebuah pendekatan yang baru (Sobel, Max A. Dkk, 2003).
Pada penggunaan blok aljabar ini, siswa mengkonstruksi kembali pengetahuan-pengetahuan tentang perkalian yang telah dimilikinya. Menurut Yulaelawati (2004: 54) dalam teori konstruktivistik, belajar merupakan proses yang aktif dimana pengetahuan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui interaksi atau kerja sama dengan orang lain. Berdasarkan hasil – hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner dan Kenney, pada tahun 1963 (Lambas, 2004: 10) kedua pakar tersebut mengemukakan empat prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang masing – masing mereka sebut sebagai “teorema”. Keempat teorema tersebut adalah teorema konstruksi, teorema notasi, teorema kekontrasan dan variasi serta teorema konektivitas. Didalam teorema konstruksi dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi seseorang siswa untuk mempelajari sesuatu konsep atau prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut. Siswa yang lebih dewasa mungkin bisa memahami suatu konsep atau suatu prinsip dalam matematika hanya dengan menganalisis sebuah representasi yang disajikan oleh guru mereka; akan tetapi, untuk kebanyakan siswa, khususnya untuk siswa yang lebih muda, proses belajar akan lebih baik jika para siswa mengkonstruksi sendiri representasi dari apa yang dipelajari tersebut. Alasannya, jika para siswa bisa mengkonstruksi sendiri representasi tersebut mereka akan lebih mudah menemukan sendiri konsep atau prinsip yang terkandung dalam representasi tersebut, sehingga untuk selanjutnya mereka juga mudah untuk mengingat hal – hal tersebut dan dapat mengaplikasikannya dalam situasi – situasi yang sesuai.
Memfaktorkan berarti menyatakan suatu bentuk aljabar ke dalam perkalian dua bentuk aljabar. Dalam geometri luas daerah suatu persegi panjang merupakan hasilkali panjang dan lebar yang dapat dikatakan juga merupakan perkalian dari dua bilangan, sehingga dapat dikatakan memfaktorkan adalah menguraikan luas persegi panjang ke dalam panjang dan lebarnya.
3.   Prestasi Hasil Belajar Faktorisasi Suku Aljabar
Menurut Sudjana (2000: 28) belajar pada hakekatnya adalah sebagai inti dari proses pembelajaran yaitu suatu proses perubahan tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang dilakukan bukan mengingat maupun menghafal. Sedangkan Muhibbin (2001: 92) menyatakan bahwa belajar pada dasarnya dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sedangkan Winkel dalam Suwarno (2008: 40) mendefinisikan belajar sebagai aktifitas mental atau psikis yang berlangsung interaksi aktif yang menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak bisa menjadi bisa, maupun merupakan peningkatan pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya. Dengan kata lain perubahan-perubahan ini bisa hasil baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.
Pembelajaran yang dalam hal ini pengajaran menurut Rohani dalam Widodo (2010, 48) merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistematik yang terdiri atas banyak komponen. Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses pengajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
Bukhari (1997: 85) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai. Sependapat dengan Bukhari, Suratinah Tirtonegoro  dalam Widodo (2009, 71) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha bentul simbol, angka, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam suatu periode tertentu.
Faktorisasi suku aljabar merupakan salah satu materi pelajaran yang esensial yang diajarkan pada siswa kelas SMP VIII semester l. Marsigit (2009, 06) mendefinisikan aljabar adalah bentuk penulisan yang merupakan kombinasi antara koefisien dan variabel.
Hipotesis
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat diajukan hipotesis “melalui pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dapat meningkatkan prestasi hasil belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011”.
METODE PENELITIAN
Setting, Subyek dan Waktu Penelitian
Peneltitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Purworejo, yang beralamat di jalan Mardihusodo No. 3 Kutoarjo, Kabupaten Purworejo telepon (0275) 641048. Subyek penelitian adalah masih rendahnya prestasi hasil belajar faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 24 anak terdiri dari 10 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dalam penelitian ini peneliti juga melibatkan dua rekan guru matematika sebagai pengamat yaitu Sri Eni Rahayu, S.Pd dan Tri Wahyu H, S.Pd. Peneltitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2010
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta refleksi dan tindak lanjut untuk setiap siklus. Penelitian tindakan kelas ini dirancang menjadi dua siklus utama yaitu siklus  1 dan 2. Pada masing-masing siklus, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa pada siklus 1 serta 3 - 4 siswa pada siklus 2. Selanjutnya secara berkelompok siswa mengerjakan tugas dan diakhiri dengan presentasi.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk mengungkap motivasi dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan efektivitas pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dalam kegiatan belajar mengajar. Tes dalam hal ini berupa tes prestasi untuk memperoleh data kuantitatif terhadap hasil belajar faktorisasi suku aljabar.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisis persentase. Melalui teknik analisis persentase ini, diharapkan hasil dan tindakan-tindakan yang direncanakan dapat terungkap.
Indikator Kinerja
Keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas ini, jika aktivitas siswa secara individu untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik mencapai 85%.  Rata-rata hasil ulangan minimum 80,00 dengan ketuntasan belajar lebih dari 85%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan penelitian, siswa mengerjaka pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa, yang selanjutnya hasil nilai pretes digunakan sebagai nilai kondisi awal. Pretes dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Juli 2010. Hasil pretes ini adalah: rata-rata hasil evaluasi = 81; banyaknya siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan KKM sebanyak 17 siswa, dan ketuntasan belajar  70,83 %.
Siklus 1
Dilaksanakan dalan 5 (lima) kali tatap muka. Siswa bekerja dalam kelompok dengan jumlah kelompok berjumlah 4-5 anak. Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2010 dengan materi Manfaktorkan bentuk ab + ac = a(b + c). Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 Agustus 2010 dengan materi Manfaktorkan bentuk bentuk a2 ± 2 ab + b2 = (a b)2. Setelah selesai, wakil dari masing-masing kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil kegiatan dan dikomentari oleh kelompok yang lainnya. Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Agustus 2010 dengan materi Manfaktorkan bentuk bentuk a2 - b2 = (a + b)(a – b). Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Agustus 2010 dengan kegiatan ulangan harian untuk memperoleh data berupa nilai pada kegiatan siklus ke-1. Pertemuan ke-5 dilaksanakan pada hari Senin  tanggal 16 Agustus 2010 dengan kegiatan perbaikan dan pengayaan.
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus 1 ini belum memuaskan. Hasil tes terlihat bahwa rata-rata siklus 1 adalah 88, walaupun sudah melampaui indikator kinerja yaitu 80, namun hal ini belum optimal. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 19 siswa atau 79,17% dengan indikator kinerja 85%, sehingga belum melampaui indikator kinerja. Banyaknya anak yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 5 siswa atau 20,83%, sehingga perlu diadakan siklus 2 agar rata-rata nilai lebih meningkat serta semua siswa memperoleh nilai diatas KKM  Dari hasil pengamatan kedua observer terhadap aktivitas siswa diatas, menunjukkan aktivitas siswa secara individu untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik mencapai 95% anak hal ini melampaui indikator kinerja yaitu 85%.
Siklus 2
Pembelajaran pada siklus 2 menggunakan pembelajaran kooperatif dengan jumlah anggota tiap kelompok adalah 3 – 4 siswa. Materi pembelajaran pada siklus 2 ini adalah menfaktorkan bantuk ax2 + bx + c dengan a = 1 dan c ≠ 0; dan menfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠ 1 dan c ≠ 0.
Siklus 2 dilaksakan dalam empat kali tatap muka. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2010 dengan materi menfaktorkan bantuk ax2 + bx + c dengan a = 1 dan c ≠ 0. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 Agustus 2010 dengan materi menfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠ 1 dan c ≠ 0. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Agustus 2010 dengan kegiatan ulangan harian untuk memperoleh data sebagai nilai kegiatan siklus ke-2. Pertemuan keempat dilaksankan pada hati Kamis 26 Agustus 2010 dengan kegiatan pengayaan.
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus 2 ini cukup memuaskan. Hasil tes terlihat bahwa rata-rata siklus 2 adalah 89, hal ini sudah melampaui indikator kinerja yaitu 80. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 22 siswa atau 91,67% dengan indikator kinerja 75% Banyaknya anak yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Dari hasil pengamatan kedua observer terhadap aktivitas siswa pada proses belajar mengajar siklus 2, menunjukkan aktivitas siswa secara individu untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik mencapai 100% anak, hal ini melampaui indikator kinerja yaitu 85%.
Pembahasan
Setelah melakukan pembelajaran kooperatif dan dengan alat bantu blok aljabar pada faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011 maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: Rata-rata hasil ulangan 85 dengan ketuntasan belajar 91,67%. Hal ini melebihi target sesuai dengan indikator kinerja yaitu rata-rata hasil ulangan minimum 80,00 dengan ketuntasan belajar lebih dari 85%. Terjadi kenaikan rata-rata hasil ulangan harian sebesar 8 (delapan) dan terjadi kenaikan prosentase ketuntasan belajar sebesar 20,84%. Sehingga hipotesis yang berbunyi “melalui pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar dapat meningkatkan prestasi hasil belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011”, dapat diterima.
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini berhasil, karena aktivitas siswa secara individu untuk kategari cukup, baik dan sangat baik pada siklus 1 dan siklus 2 mencapai 97,78% (96,30% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2). Sedangkan indikator keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas ini, jika aktivitas siswa secara individu untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik mencapai 85%.
Hasil observasi terhadap kinerja guru, diperoleh hasil untuk kategori cukup, baik dan sangat baik 98,67% dengan rincian 97,78% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2.
PENUTUP
Simpulan
Banyak cara yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Prestasi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan bisa diakibatkan oleh pembelajaran yang kurang menarik. Sehingga pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan prastasi hasil belajar siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan pembelajaran kooperatif dengan blok aljabar ternyata dapat meningkatkan hasil belajar faktorisasi suku aljabar  siswa kelas VIII-C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011 karena pembelajaran ini kontekstual dan menarik bagi siswa.
Saran
1.   Hendaknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan pendekatan yang kontekstual dan menarik bagi siswa sesuai dengan materi pembelajaran.
2.   Guru dapat mengambil alat bantu pembelajaran yang sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Bukhari,M. 1997. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung: Jeammars.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Model-Model Pembelajaran Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Raya.
Lambas ,dkk. 2004. Matematika. Modul Pelatihan Terintegrasi Buku 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Marsigit, 2009. Mathematics 2 For Yunior High School  Year VIII. Bogor. Yudhistira
Sobel, Max A. dan Maletsky, Evan M. (2003). Mengajar Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga
Suwarno, 2008, Upaya Menangani Kesulitan Matematika dalam Menyelesaikan Soal-soal Pemecahan Masalah Jenis Terbuka Siswa Kelas V SD Negeri Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2006/2007, Adi Cendikia,Volume 1 No. 3, 38 – 43.
Syah Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widodo Teguh, 2009, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PLSV dan PtSLV melalui Pembelajaran Go To The Market Siswa Kelas VII C Semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009, Adi Cendikia,Volume 2 No. 6, 69 - 74.
Widodo Teguh, 2010, Optimalisasi Motivasi Belajar Matematika Melalui Teknik Permainan Kartu Bridge Pada Barisan dan Deret Bilangan Siswa Kelas IX D SMP Negeri 3 Purworejo Tahun 2008/2009 , Bhakti Utama, Volume 3 No. 2, 46 - 52.

Komputer Program Winplot


Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Persamaan Garis Lurus dan SPLDV dengan Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu Komputer Program Winplot Siswa Kelas VIII C Semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo
Tahun Pelajaran 2009/2010

Oleh. Teguh Widodo, S.Pd., M.M
(Guru Matematika SMP Negeri 3 Purworejo)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah  untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot dapat meningkatkan motivasi belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2009 di SMP Negeri 3 Purworejo Jalan Mardihusodo Nomor 3 Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 24 anak.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu menentukan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan hasil tindakan dan melakukan refleksi dari hasil pengamatan. Setiap siklus pembelajarannya menggunakan alat bantu komputer program Winplot.
Hasil penelitian menunjukkan ada kenaikan rata-rata baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan rata-rata dari 83 menjadi 89, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan rata-rata dari 89 menjadi 94, sehingga kenaikan rata-rata dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 83 menjadi 94. Pada prosentase tuntas belajar juga terdapat kenaikan baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 75% menjadi 87,50%, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 87,50% menjadi 91,67%, sehingga kenaikan prosentase tuntas belajar dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 75% menjadi 91,67%.

Kata Kunci: Komputer Program Winplot, Hasil Belajar, Persamaan Garis Lurus dan SPLDV.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persamaan garis lurus dan sistem persamaan linear dua variabel merupakan dua buah materi pembelajaran yang diajarkan pada kelas VIII SMP. Sebagian besar siswa kurang menguasai materi tersebut karena membutuhkan ketelatenan dan kecermatan dalam menggabar grafik persamaan garis lurus. Hal ini berakibat pada prestasi hasil belajar yang diperoleh pada ulangan harian belum memuaskan.
Salah satu faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa belum memuaskan adalah faktor pembelajaran. Apabila pembelajaran menarik dan berbasis teknologi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebaliknya apabila pembelajaran kurang menarik maka siswa kurang termotivasi dengan materi pelajaran. Oleh karena itu perlu dirancang pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kreatifitas anak sehingga menarik yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika  merupakan suatu daya tarik tersendiri bagi siswa. Komputer generasi baru mampu menggambar grafik fungsi dua dimensi dan tiga dimensi dengan sangat baik. Salah satu perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran matematika yang terkait dengan grafik fungsi adalah program Winplot. Program ini merupakan program gratis (totally freeware ) yang dapat didownload dari website: (http://www.exeter.edu/public/peanut.html). Program Winplot ini sudah under windows dan dirancang untuk membantu pembelajaran matematika yang terkait dengan grafik fungsi, baik dimensi dua maupun dimensi tiga secara interaktif.
Pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot ini selain berbasis teknologi tentunya juga menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu Komputer Program Winplot Siswa Kelas VIII C Semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot dapat meningkatkan motivasi belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran dengan alat bantu komputer program winplot dapat meningkatkan motivasi belajar persamaan garis lurus dan sistem persamaan linear dua variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Belajar
Muhibbin (2001: 92) menyatakan bahwa belajar pada dasarnya dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dengan kata lain perubahan-perubahan ini bisa hasil baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Sedangkan menurut Sudjana (2000: 28) belajar pada hakekatnya adalah sebagai inti dari proses pembelajaran yaitu suatu proses perubahan tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang dilakukan bukan mengingat maupun menghafal.
Teori Motivasi
Menurut Lambas dkk (2004: 7), motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong  yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada siswa dapat terindikasi oleh kuatnya tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan. Apabila siswa mempunyai motivasi tinggi maka ia akan: (1) memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian, (2) bekerja keras dan memberikan waktu kepada usaha tersebut, serta (3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan. Guru dapat meningkatkan motivasi kompetensi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga unjuk kerja siswa dapat berubah, dan siswa dapat mengontrol prestasinya. Hal itu dapat dilakukan dengan jalan: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat diri sendiri secara objektif, (2) menyesuaikan tingkat kesukaran tugas dengan kemampuan    siswa,    sehingga   siswa   mempunyai   harapan    untuk    berhasil, (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tugas yang mempunyai nilai tinggi dan membangkitkan minat, (4) tugas disesuaikan dengan minat dan pengalaman siswa sebelumnya, (5) materi matematika yang disajikan disusun dan diberikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian dan mengikutsertakan siswa, dan (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penguatan pada diri sendiri atas usaha dan ketahanannya.
Persamaan Garis Lurus Dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Hakekat matematika menurut Hudojo (1979: 96) adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis dan juga berkenaan dengan konsep-konsep abstrak. Konsep-konsep abstrak tersebut tertulis dalam bentuk variabel-variabel, baik itu dalam bentuk persaamaan maupun pertidaksamaan. Persamaan garis lurus dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan materi pelajaran yang esensial yang diajarkan pada siswa kelas VIII SMP semester l.
Adinawan (2002: 160) menyatakan bahwa persamaan linear adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama dengan dan variabelnya berpangkat satu. Sedangkan persamaan menurut Sudirman (2004: 129) adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan ”sama dengan” (=). Kalimat terbuka itu sendiri adalah kalimat yang memuat variabel (peubah) sehingga belum dapat ditentukan benar atau salahnya.
Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel dan masing-masing variabelnya berpangkat satu. Sistem persamaan linear dua variabel terdiri dari dua persamaan, dan pengganti-pengganti dari variabelnya harus memenuhi untuk kedua persamaan tersebut..
Komputer Program Winplot
Komputer telah memainkan peranan penting dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran berbantuan komputer merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan sikap lebih tertarik, tidak mudah menyerah, dan aktif menyelesaikan tugas. Kehebatan komputer terutama terletak pada:(1) kemampuannya untuk mengerjakan secara matematis model-model sistem fisis yang dihadapi, dan (2) kemampuannya untuk men-display-kan hasil-hasil model-model itu dengan grafik yang bagus dan jelas.
Winplot adalah suatu program yang diciptakan dan diproduksi oleh Richard Parris. Program ini dapat diperoleh secara gratis melalui (http://www.exeter.edu/public /peanut.html). Program Winplot ini dapat digunakan untuk menggambar grafik fungsi yang lengkap dengan sumbu-sumbu koordinatnya sehingga akan memudahkan siswa untuk menggambar grafik fungsi dan mengeksplorasi sifat-sifat grafik fungsi.
Hipotesis Tindakan
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat diajukan hipotesis melalui pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot dapat meningkatkan motivasi belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.
METODE PENELITIAN
Setting, Subyek dan Waktu Penelitian
Peneltitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Purworejo, yang beralamat di jalan Mardihusodo No. 3 Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 24 anak. Peneltitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Desember 2009
Langkah-langkah
Tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2  yaitu siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1, dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa, dengan materi persamaan garis lurus. Pada siklus 2, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa, dengan materi SPLDV metode grafik. Pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 menggunakan komputer program Winplot.

Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta refleksi dan tindak lanjut untuk setiap siklus. Penelitian tindakan kelas ini dirancang menjadi dua siklus utama yaitu siklus  1 dan 2.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk mengungkap motivasi dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan efektivitas pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot dalam kegiatan belajar mengajar. Tes dalam hal ini berupa tes prestasi untuk memperoleh data kuantitatif terhadap hasil belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil evaluasi pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 seperti tertuang pada tabel sebagai berikut.
Uraian
Nilai Hasil Ulangan
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Rata-rata
83
89
94
N tertinggi
100
100
100
N terendah
70
70
70
Tuntas Belajar
18
21
22
(75 %)
(87,50 %)
(91,67%)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Terdapat kenaikan rata-rata baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan rata-rata dari 83 menjadi 89, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan rata-rata dari 89 menjadi 94, sehingga kenaikan rata-rata dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 83 menjadi 94. (2) Terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar baik dari kondisi awal terhadap siklus 1, siklus 1 terhadap siklus 2, maupun kondisi awal terhadap siklus 2. Dari kondisi awal terhadap siklus 1 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 75% menjadi 87,50%, dari siklus 1 terhadap siklus 2 terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari 87,50% menjadi 91,67%, sehingga kenaikan prosentase tuntas belajar dari kondisi awal terhadap siklus 2 terdapat kenaikan dari 75% menjadi 91,67%.
Setelah melakukan pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot pada Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut. (1) Rata-rata hasil ulangan 94 dengan ketuntasan belajar 91,67%. Hal ini melebihi target sesuai dengan indikator kinerja yaitu rata-rata hasil ulangan minimum 80,00 dengan ketuntasan belajar lebih dari 70%. Sehingga hipotesis yang berbunyi “melalui pembelajaran dengan alat bantu komputer program Winplot dapat meningkatkan motivasi belajar Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010”, dapat diterima. (2) Kegiatan penelitian tindakan kelas ini berhasil, karena aktivitas siswa secara individu untuk kategari cukup, baik dan sangat baik pada siklus 1 dan siklus 2 mencapai 97,5% (95% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2. Sedangkan indikator keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas ini, jika aktivitas siswa secara individu untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik mencapai 85%.

PENUTUP
Banyak cara yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Prestasi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan bisa diakibatkan oleh pembelajaran yang kurang menarik. Sehingga pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan prastasi hasil belajar siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan alat bantu komputer program Winplot pada Persamaan Garis Lurus dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII C semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010, ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena pembelajaran ini kontekstual dan menarik bagi siswa.

PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik, dkk. 2002. Matematika untuk SMP Kelas VII.  Jakarta: Erlangga.
Hudojo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaanya di Depan Kelas. Jakarta: Usaha Nasional.
Lambas ,dkk. 2004. Matematika. Modul Pelatihan Terintegrasi Buku 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Sudirman, dkk. Cetakan Pertama 2004. Cerdas Aktif Matematika Jilid 1 A. Jakarta: Ganeca Exact.
Sudjana Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo.
Syah Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.